Pemeriksaan ASO ( Anti-Streptolisin O )

Pemeriksaan ASO ( Anti-Streptolisin O ) 

A. Pengertian ASO ( Anti-Streptolisin O )
    ASO ( Anti-Streptolisin O ) merupakan suatu antibodi yang dibentuk oleh tubuh terhadap suatu enzim proteolitik. Streptolisin O yang diproduksi oleh B-hemolitik streptococcus A group A dan memiliki aktivitas biologic yang merusak dinding sel darah merah serta mengakibatkan terjadinya hemolisis (kerusakan sel darah merah). Streptolisin O merupakan racun sel yang berpotensi menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya. Pada ASO bisa juga digunakan secara klinis untuk menegaskan infeksi yang baru saja. Streptolisin O dapat bersifat meracuni jantung (kardiotoksik). Penentuan tes Anti Streptolisin O digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit demam rheumatic dan glomerulonefritis serta meramalkan kemungkinan terjadinya kambuh pada kasus demam rheumatic. Demam rheumatic merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan dari radang tenggorokan, demam ini menyebabkan peradangan terutama pada jantung, pembuluh darah, dan sendi. Glomerulonefritis adalah penyakit ginjal yang disebabkan oleh peradangan saringan dalam ginjal (diketahui sebagai glomeruli). Glomeruli adalah untuk sebagai menghilangkan kelebihan limbah dan cairan dari alirah darah yang dikeluarkan melalui urin.

Streptolisin O merupakan suatu antigen yang larut. Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi jika streptolisin o dicampur terlebih dulu pada serum si penderita yang mengandung cukup anti streptolisin o (ASO) sebelum ditambah dengan sel darah merah, maka streptolisin o tersebut akan netral oleh ASO sehingga tidak dapat menimbulkan hemolisis lagi. 
Streptococcus merupakan suatu bakteri yang memiliki gram positif yang khasnya saling berpasangan dan selama pertumbuhannya bakteri ini dapat membentuk rantai. Spesies yang virulen dapat menghasilkan kapsul terdiri dari acid hialuronik dan protein M, serta habitat spesies ini adalah saluran pernapasan atas seperti rongga hidung dan faring. Berdasarkan morfologinya streptococcus dapat dibedakan menjadi beberapa kelas diantaranya yaitu koloni, sifat biokimia, kespesifikan serologi dan sifat hemolisis pada darah.

B. Karaktesistik Penyakit (gejala, ciri pasien, mematikan atau tidak, prevalensi)
- Gejala Penyakit
Demam rheumatic merupakan suatu penyakit yang dapat ditimbulkan dari radang tenggerokan atau deman scarlet yang tidak dirawat dengan benar. Demam rheumatic ini menyebabkan peradangan, terutama pada bagian jantung, pembluh darah, dan sendi. Gejala yang dialami pada penyakit ini yakni:

1. Demam

2. Lemas dan mudah lelah

3. Sendi bengkak, merah, dan nyeri, terutama disiku, lutut, serta pergelangan tangan dan kaki

4. Nyeri sendi yang menyebar ke sendi yang lain

5. Ruam kemerahan di kulit

6. Nyeri dada

7. Sesak nafas

8. Jantung berdebar

- Ciri Pasien yang Mengalami Demam Rheumatic
1. Muncul ruam merah dikulit

2. Sulit bernafas

3. Demam tinggi bersuhu lebih dari 38,3°C

4. Tenggorokan terasa sangat nyeri secara tiba-tiba

5. Amandel bengkak dan merah

6. Terdapat nanah di amandel

Demam Rheumatic merupakan demam yang tidak mematikan pada si pasien, tetapi jika tidak ditangan atau diobati demam ini dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada katup jantung hingga gagal jantung. Tujuan pengobatan ini yakni untuk meredakan gejala penyakit, meminimalkan komplikasi, serta mencegah kambuhnya demam rheumatic. Kebanyakan penderita penyakit demam rheumatic dapat sembuh total, tetapi bisa kembali terinfeksi. Demam rheumatic menyerang anak dalam rentang usia 5-15 tahun. 

Pravalensi 

Diperkirakan 15,6 juta orang diseluruh dunia menderita penyakit jantung reumatik dan kasus demam reumatik sebanyak 470.000 (dengan etimasi berkembang menjadi penyakit jantung rematik sebesar 60%). Kematian akibat komplikasi penyakit ini terjadi sekitar 230 ribu setiap tahunnya. Insiden demam rematik di negara-negara berkembang mencapai  kasus setiap 100.000 anak.

Pravalensi demam rheumatic akut belum diketahui secara pasti di Indonesia, Pada tahun 2021 beberapa penelitian yang sudah dipublikasikan menunjukkan bahwa pravalensi penyakit jantung rematik pada anak sekitar 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah. Berdasarkan data tersebut dapat diperkirakan bahwa kejadian demam rematik akut di Indonesia lebih tinggi.

Demam Rheumatic biasanya dilakukan dengan uji Tes ASTO yang merupakan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui keberadaan infeksi oleh bakteri jenis Streptokokus. Dimana Streptolisisn O merupakan antibodi yang dihasilkan oleh bakteri Streptokokus dan merupakan dasar bagi demam rheumatik.

C. Prinsip Kerja

Uji ASO didasarkan pada reaksi imunologi antara streptococcal exoenzyme yang berikatan dengan partikel latex dengan antibodi streptococcal pada sampel. Adanya aglutinasi menunjukkan adanya antibody pada sampel. 

Pada Uji ASO ini dilakukan sesuai dengan prinsip kerja dengan cara kerja sebagai berikut:

Pemeriksaan Kualitatif (Tes Penyaring) 

- Letakkan reagen latex, kontrol dan serum sampel pada suhu kamar. 

- Kocok baik-baik segera sebelum digunakan. 

- Dipipet/teteskan pada lingkaran yang berbeda pada slide: 

Serum 1 tetes (50 μl) 

Kontrol positif, botol 2 (tutup merah) 1 tetes (50 μl) 

Kontrol negatif, botol 3 (tutup hijau) 1 tetes (50 μl) 

- RF latex, botol 1 (tutup putih) ke dalam sampel dan kontrol. Masing-masing 1 tetes.

- Aduk dengan pengaduk yang berbeda dan lebarkan cairan sampai meliputi seluruh luas lingkaran. 

- Goyangkan slide ke depan dan belakang selama 3 menit sehingga campuran tadi berputar pelan-pelan di dalam masing-masing sel; atau letakkan slide pada rotator otomatik dengan kecepatan 100 rpm. 

- Pada akhir menit ke-3, bacalah hasil di bawah cahaya lampu yang terang. 

Serum dengan hasil positif harus dilanjutkan dengan tes semi kuantitatif. 

Semi Quantitatif Test 

Encerkan sampel serum dengan glycine saline buffer seperti dibawah ini: 

Pengenceran 

1 + 1 (1 : 2)

1 + 3 (1 : 4)

1 + 7 (1 : 8)

 1 + 15 (1 : 16)

ASO (IU/ml pada spesimen tanpa pengenceran)  

400  

800 

1600 

3200

INTERPRETASI HASIL 

- Pemeriksaan kualitatif (Tes Penyaring) 

a. Negatif : Bila tidak terjadi agglutinasi

b. Positif : Bila terjadi agglutinasi 

- Pemeriksaan Semi Quantitatif Test 

a. Negatif : Bila tidak terjadi agglutinasi 

b. Positif : Bila terjadi agglutinasi. Kosentrasi ASO dalam serup dapat ditentukan dari titer pengenceran serum tertinggi yang masih memberikan agglutinasi. 

Kosentrasi sampel IU/ml : 

Kosentrasi Positip Kontrol (200 IU/ml) × Titer Pengenceran sampel 

Titer pengenceran sampel : Pengenceran tertinggi pada sampel yang masih memberikan agglutinasi. 

Contoh : titer 1 : 5 kosentrasi ASO : 

                5 × 200 (IU/ml) = 1000 (IU/ml)

BATASAN PROSEDUR 

1. Hasil harus dibaca pada 3 menit setelah pencampuran reagent. 

2. Titer yang sangat tinggi dapat menyebabkan prozona efek. 

NILAI NORMAL

- Usia di bawah 5 tahun : ˂ 100 IU/ml 

- Usia 5 – 17 tahun : 166 – 250 IU/ml 

- Usia 17 tahun ke atas : ˂ 200 IU/ml 

Titer Antistreptolisin-O biasanya akan muncul setelah satu minggu, dan terus meningkat hingga 3 – 5 minggu dan kemudian menurun pada 6 – 12 bulan. 

KARAKTERISTIK KIT

1. Sensitifitas 200 IU/ml. 

2. ASO latex reagen ini telah diujikan pada 70 sampel diberagai rumah sakit. Hasil kualitatif menunjukkan 90% sesuai dengan tes ini. Penyimpangan yang terjadi disebabkan karena titer sampel mendekati limit sensitifitas reagen. 

3. Hasil kuantitatif Pengujian dilakukan pada 10 sampel yang diketahui positip pada hari ketiga. Hasil pengujian menunjukkan 100% positip dengan tes ini.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

NAPZA ( Narkotika, Psikotropika Dan Zat ADIKTIF )